Sewajarnya Ummu Sabrina bertanya-tanya tentang apa saja yang telah kita
perbuat demi meninggikan agama? Di mana posisi kita diantara manusia
terdahulu yang telah membai’at Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk tetap taat dan patuh dalam iman, hijrah dan
jihad? Bukan hanya harta, nyawapun mereka korbankan. Sanggupkah kita
mngikuti jejak mereka ? Apa yang telah kita berikan untuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam?
Pertanyaan-pertanyaan diatas adalah stimulus-stimulus yang membuka mata
Ummu Sabrina, menunjukkan posisi-posisi sebenarnya yang sedang genting
saat ini sehingga pada gilirannya nanti akan menggugahnya untuk terus
melanjutkan perjalanan hijrahnya sambil terus berjuang dan berdo’a.
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” “Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” “Dan hanya kepada Robbmu lah hendaknya kamu
berharap”
Ummu sabrina telah dua kali mencoba menembus
perbatasan, tapi belum juga berhasil. Kegagalan kali ini sangat
mengguncang jiwanya. Iapun mengadu kepada Allah :
"Yaa Allah tolong bantu aku untuk tepati janji ku..
Aku tidak meminta apa apa lagi...
Aku hanya meminta engkau meridhoi kami untuk berhijrah. ...
Seandainya untuk yg ketiga kalinya kami gagal lagi, aku akan mundur.
aku dan anak anaku akan pulang dan akan membiarkan suami berjalan
sendiri....
Yaa Allah... aku merasa aku telah menjadi penghambat perjalanan suamiku."
Berselang
tiga jam dari percobaan yang kedua, tepatnya Ba’da subuh, Ummu sabrina
dan muhajirin lain nya kembali berusaha mencoba menembus perbatasan.
Dengan tenaga yang tersisa, ummu sabrina harus berlari tanpa henti
menuju perbatasan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Hendaklah seorang
diantara kalian menjadikan hatinya bersyukur kepada Allah lisannya
selalu berdzikir menyebut nama Allah dan mengambil istri yang beriman
yang dapat membantu kepentingan akhirat suaminya " ( HR. Ibnu Majah,
Tirmidzi dan Ahmad).
Sebagai seorang istri. Alangkah indahnya gambaran yang disebutkan Rasulullah Shallallau ‘alaihi wa sallam tentang sepasang suami istri yang saling membantu dalam ketaatan.
Sebagai seorang istri. Alangkah indahnya gambaran yang disebutkan Rasulullah Shallallau ‘alaihi wa sallam tentang sepasang suami istri yang saling membantu dalam ketaatan.
"Wiwww..wwwiiuuww...wiww..." (suara sirin
Tiba-tiba dipertengahan jalan, sirine berbunyi, pertanda gerak gerik
Muhajirin terdeteksi oleh para penjaga. Ummu Sabrina tetap berlari, ia
sempat tertatih tatih saat harus melewati parit yg ada. Sembari tetap
memegangi tangan putrinya, Ummu Sabrina terus berlari hingga akhirnya
mereka pun sampai di kawat perbatasan.
Kawat berduri yang
melingkar-lingkar itu sangat rapat. Ummu Sabrina harus bisa melewati
kawat berduri tersebut. Pagar kawat bagian bawah pun diangkat, setelah
itu ia merangkak melewati kawat kawat yang berduri tajam tersebut.
"Bu.... nanti beli sepatu baru yaaa ... " Sabrina menangis merengek,
sembari tetap berlari ia meminta dibelikan sepatu baru, karena sepatunya
tersangkut di pagar kawat berduri tersebu
Perjuangan belum
usai, ia harus lanjut berlari sekitar 600 meter dari pagar kawat
berduri, karena 400 meter dari pagar kawat itu, masih milik pemerintah
sekuler Turki dan petugas pun masih mempunyai kewenangan di wilayah
tersebut.
Ketika Ummu Sabrina telah berhasil lolos melewati
pagar kawat berduri, rentetan tembakan para petugas mulai menghujani
ummu sabrina. Sekitar 20 meter lagi menuju “FINISH” ummu sabrina berlari
sekuat tenaga.
Masha’ Allah. Ummu Sabrina dan putri
tercintanya harus bertahan menghadapi segala penderitaan dan resiko
perjuangan, sebab perjuangan menuntut pengorbanan. Tahukah kita apa yang
pertama kali harus dikorbankan seorang muhajirin ? Perasaannya!!! Ya,
yang paling pertama ia akan rasakan adalah “korban perasaan”, jika
dengan itu ia tabah, ia akan berhadapan dengan hal lain yang menuntut
“pengorbanan tenaga” meningkat pada “pengorbanan harta”, hingga akhirnya
“pengorbanan jiwa” sekalipun saat jalan mulia ini dihalangi oleh
thogut-thogut dan kaum munafiqin dimuka bumi.
***
“ALLAHU AKBAAAR !!!”
Teriakan takbir ummu sabrina melepas semua beban, jerih payah dan rasa
lelah. itulah Takbir kemenangan, luapan emosi dan kebahagian
Ummu sabrina telah berhasil menginjakan kaki untuk pertama kali nya di
wilayah Daulah Islam, tepatnya di pinggiran kota Raqqah.
Alhamdulillah.....
Ummu sabrina menghampiri Sang suami dan
putra putrinya, kemudian memeluk sang suami beserta anak anaknya.
Suasana haru bercampur bahagia. Ummu sabrina menangis sejadi jadinya.
Sungguh sesuatu yang tidak bisa diungkapkan dengan kata kata.
Subhanallah wal hamdulillah.... Allahu Akbar.....
“ Udah jangan nangis, Allah ridha kita hijrah ke sham” ucap sang suami
Ummu sabrina beserta rombongan muhajirin pun terus berjalan menyusuri
pinggiran kota Raqqah sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang
pengendara motor yang membawa klashinkov. Ternyata sang pengendara itu
adalah salah satu tentara daulah islam.
(ummu sabrina
menceritakan kepada kami : kalau tidak salah tentara daulah itu bertanya
: mau kemana ??? trus kami jawab : kami muhajirin yang mau ke daulah.
terus tentara daulah itu bertanya lagi,” atas rekomendasi siapa??” kami
jawab “ atas rekomendasi Abu Fulan. Setelah ada konfirmasi, dia bilang
“Tunggu !!” Trus tentara daulah itu pergi dan kami pun lanjut jalan. )
Tidak lama kemudian, datang sebuah mobil Van dan sebuah mobil Pick up
milik daulah islam untuk menjemput rombongan muhajirin. Ummu sabrina
beserta putri dan muhajiroh lain nya menaiki mobil VAN, sedangkan
muhajirin menaiki mobil pick up. Ya, laki laki dipisahkan dengan wanita
untuk menghindari Ikhtilat. Didalam mobil itu , Ummu sabrina masih saja
tidak bisa menahan air matanya, semakin deras ia meneteskan air mata .
Disepanjang perjalanan Ummu Sabrina tak hentinya meneteskan air mata.
Ketika air tangisan nya mulai mereda, di tengah perjalanan, ia melihat
bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid, berkibar diterpa angin
dipinggiran jalan. Air matanya pun kembali mengalir dan lebih deras
mengalir.
Bendera yang dahulu ia lihat hanya sebatas di video
dan foto foto, kini terpangpang nyata terlihat oleh ummu sabrina. Ia
sempat tidak percaya bahwa akhirnya ia bisa menghirup udara bumi Syam,
hidup ditengah tengah Mujahidin Daulah Islam iraq dan Sham. (sekarang
bumi Khilafah Islamiyah)
Sesungguhnya orang-orang yang beriman,
orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu
mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS. 2 : 218)
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman
dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah
orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan
rezki (ni`mat) yang mulia. (QS;8:74)
***
Semenjak itu... Ummu sabrina dan sang suami terpisah.
Ummu Sabrina bersama putra putrinya tinggal di sebuah rumah yg
disediakan oleh Daulah Islam sebagai tempat tinggal muhajirin, sedangkan
sang suami harus tinggal di camp pelatihan untuk mengikuti pelatihan
militer.
Yaaa, semua itu membutuhkan kesabaran dan ketabahan
yang super extra, tempat tinggal baru dengan kebudayaan dan kebiasaan
yang benar-benar berbeda. Tidak adanya suami tempat berkeluh kesah, yang
ada hanyalah Allah tempat memohon pertolongan.
Perlu kita
ketahui bersama, Ummu shabrina berhijrah tanpa pemandu, mereka berangkat
berhijrah secara INDEPENDENT. ia pun tidak menguasai bahasa arab. Hanya
bermodalkan Iman dan Totalitas menjalankan perintah Allah, Ia tidak
mempunyai kenalan orang indonesia disana, ia hanya mengandalkan twitter,
untuk mencari informasi .
Ummu Sabrina berpesan kepada kita
semua untuk mengazamkan diri berhijrah ke daulah islam. Tidak usah
ragu-ragu, walaupun memang harus tetap waspada.
Semoga Kisah ini bisa menginspirasi kita semua dan menjadi pelajaran berharga bagi kita yg belum mampu berhijrah.
Walhamdulillahi Rabbil Aalamiin